Kamis, 20 November 2014

Oleh oleh dan warisan budaya leluhur

telur asin puyuh, telur asin ayam kampung,
telur asin ayam negeri dan telur asin bebek
Oleh-oleh dan budaya kita

Kemanapun kita hendak berpergian, pesan-pesan yang paling populer di budaya kita adalah:

“Hati-hati di jalan.”

dan

“Jangan lupa oleh-olehnya ya.”

Ya! “Jangan lupa oleh-olehnya ya.” adalah pesan yang sangat populer di budaya kita. Dan mungkin, cuma kita yang memesan oleh-oleh kepada seseorang yang hendak berpergian. Hmm, gak tahu juga sih, aku belum pernah tinggal di negeri orang.

Tapi, yang unik dari budaya kita, oleh-oleh yang kita maksud, hampir pasti kita artikan sebagai sejenis makanan!

Budaya asing, seperti budaya barat juga mengenal istilah oleh-oleh yang saya coba artikan dengan katasouvernir. Setidaknya, kata kamus Oxford, pengertiansouvenir mirip-mirip dengan pengertian oleh-oleh.

Souvenir : a thing that you buy and/or keep to remain yourself of a place, an occasion or a holiday/vacation; something that you bring back for other people when you have been on holiday/vacation.

Nah, kata kunci-nya adalah bring back for other people, ini menunjukkan souvenir bisa kita pakai sebagai terjemahan dari oleh-oleh dan remain yourself of a place, menunjukkan perbedaannya dengan budaya kita.

Jadi, di budaya barat, oleh-oleh adalah sebuahmemorabilia atau sebagai pengingat atau kenang-kenangan. Coba cek di wikipedia berikut: http://en.wikipedia.org/wiki/Souvenir

Disinilah letak perbedaannya dengan budaya kita. Oleh-oleh, lebih sering kita artikan sebagai sejenis makanan, yang artinya, gak mungkin menjadi sebuah kenang-kenangan. Bagaimana kita bisa mengenang sesuatu yang telah kita makan? Dan gak mungkin juga kita memajang makanan di lemari kita, misal bolu kukus, sebagai kenang-kenangan.

Yang hebat, ketika kita coba terjemahkan oleh-oleh ke dalam bahasa Inggris, maka yang muncul cuma dua kata; Souvenir dan Gift. Cobalah terjemahkan Souvenirke bahasa Indonesia. Biar gampang, coba pakai google translate.

Setidaknya, bisa ku carikan padanannya dengan; oleh-oleh, tanda-mata, cinderamata, kenang-kenangan, buah-tangan, atau mungkin pembaca bisa menambahkannya.

Apa yang aneh?

Begini, bila suatu budaya (bangsa) memiliki ikatan yang erat dengan suatu benda, kegiatan ataupun keadaan, maka budaya (bangsa) tersebut akan cenderung memiliki kosa-kata yang detil tentang benda, kegiatan ataupun keadaan tersebut.

Kita ambil contoh Padi!

Karena budaya kita sangat dekat dan erat dengan Padi, maka hampir disetiap fase perubahan Padi memiliki nama yang unik. Mulai dari Padi, kemudian menjadi Gabah hanya karena telah dipetik, kemudian menjadi Beras hanya karena telah dikupas, kemudian menjadi Nasi hanya karena telah di masak.

Padahal bahasa Inggris-nya cuma Rice, untuk semua kata di atas.

Satu contoh menarik lagi, penamaan binatang. Orang jawa (atau mungkin budaya di Indonesia lainnya) sangat akrab dengan binatang ternak/piaraan (atau mungkin hampir semua binatang). Oleh karenanya, mereka akan memiliki nama yang berbeda untuk binatang yang masih kecil dengan binatang dewasa. Ternyata, bahasa Inggris juga sama! Misal: Sapi dan anaknya Pedet,dalam bahasa Inggris Cow danCalf. Wedus (Kambing) dan anaknya Cempe, dalam bahasa Inggris Goat dan Goatling.

Tapi yang menarik bahasa Jawa mengenal Gajah dan anaknya Bleduk sedangkan bahasa Inggris hanya mengenal Elephant dan baby Elephant. Tapi, bahasa Jawa tak menamai anak kucing, sedangkan bahasa Inggris mengenal Cat dan anaknya Kitten.

Jadi, bila suatu budaya (bangsa) memiliki ikatan yang erat dengan suatu benda, kegiatan ataupun keadaan, maka budaya (bangsa) tersebut akan cenderung memiliki kosa-kata yang detil tentang benda, kegiatan, ataupun keadaan tersebut.

Kembali tentang oleh-oleh!

Jika oleh-oleh di Indonesia dikenal dengan begitu banyak nama, artinya oleh-oleh adalah sesuatu yang penting dan erat bagi budaya kita. Seberapa pentingnya kah?

Mungkin, sekali lagi ini cuma mungkin karena saya bukan pakar oleh-oleh, dari sudut pandang orang yang bepergian, membawa oleh-oleh berupa makanan, sesungguhnya orang tersebut ingin supaya orang-orang yang ditinggalkan dapat ikut merasakan apa yang telah ia rasakan selama bepergian dalam arti kesenangan dan kebahagiaan.

Dan dari sudut pandang yang ditinggalkan, mendapat dan merasakan oleh-oleh dari orang yang bepergian, adalah suatu kehormatan tertinggi yang berarti orang yang bepergian telah mengingatnya. Dan jika kita diingat oleh seseorang, artinya kita masuk dalam orang-orang yang disayangi. Dan semua pasti ingin disayang.

Jadi disanalah letak perbedaan budaya oleh-oleh kita dibandingkan budaya asing.

Souvenir adalah ingatan tentang tempat yang dikunjungi. Sedangkan oleh-oleh adalah sebuah kenangan tentang orang pergi dan yang ditinggal.

Jadi, budaya kita memaknai oleh-oleh jauh lebih dalam dibandingkan budaya asing memaknai souvenir. Dan saya bangga menjadi bagian dari budaya oleh-oleh itu. Bagaimana dengan pembaca?

Sumber : http://ocehansan.wordpress.com/tag/makna-oleh-oleh/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar